Dalam beberapa waktu terakhir, istilah “slow living” telah menjadi perbincangan di media sosial, terutama setelah video viral yang menampilkan aktris cantik, Lulu Tobing, menceritakan gaya hidup santainya. Slow living telah menjadi topik yang sedang tren, dan banyak orang mulai tertarik dengan konsep ini.
Dalam potongan video tersebut, Lulu Tobing mengungkapkan kebahagiannya menjalani kehidupan tanpa kesibukan pekerjaan, kompetisi, ambisi yang berlebihan, dan kekhawatiran tertentu. Video tersebut mendapatkan banyak perhatian dan menjadi perbincangan di media sosial.
Mengungkap Makna Slow Living
Menurut komunitas Slow Living London, slow living adalah pola pikir yang memungkinkan individu untuk merancang kehidupan yang lebih bermakna sesuai dengan apa yang mereka anggap berharga. Slow living bukan hanya tentang melambatkan kegiatan, tetapi juga tentang memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting dan memberikan waktu yang cukup untuk menikmati hidup.
Bagi mereka yang mengadopsi gaya hidup ini, slow living adalah tentang menahan diri dari terburu-buru dan kehidupan yang terlalu sibuk. Mereka memilih untuk beroperasi dengan kecepatan yang mereka anggap nyaman dan memungkinkan mereka menikmati setiap momen dengan lebih sadar.
Slow living berbeda secara mencolok dengan budaya kerja keras yang mendorong orang untuk bekerja tanpa henti dan mencapai kesuksesan yang diinginkan. Slow living mengajarkan kita untuk menikmati perjalanan dan menghargai proses daripada hanya fokus pada hasil akhir.
Menemukan Akar Historis Slow Living
Gerakan slow living bermula di Italia pada tahun 1980-an. Pada saat itu, penulis Carlo Petrini dan sekelompok aktivis mendirikan gerakan Slow Food sebagai protes terhadap pembukaan outlet McDonald’s di tengah-tengah Roma.
Gerakan Slow Food didedikasikan untuk melestarikan tradisi makanan regional, mempromosikan penghasilan yang adil bagi produsen makanan, dan mengedepankan nilai-nilai keberlanjutan.
Pada tahun 2004, penulis Carl Honoré mempopulerkan konsep slow living setelah terinspirasi oleh gerakan Slow Food. Honoré menyelidiki gerakan Slow Food dan menemukan bahwa konsep tersebut dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, hobi, menjadi orang tua, dan rekreasi. Sejak itu, konsep slow living terus berkembang dan mendapatkan popularitas di kalangan masyarakat di seluruh dunia.
Manfaat Slow Living
Mengadopsi gaya hidup slow living memiliki berbagai manfaat yang signifikan. Pertama-tama, slow living memastikan bahwa harga diri seseorang tidak hanya diukur dari kesuksesan karier. Dalam budaya yang terobsesi dengan pencapaian dan prestasi, slow living mengajarkan kita untuk menghargai dan memberikan prioritas pada kesejahteraan pribadi.
Selain itu, slow living juga memiliki dampak positif pada kesehatan dan keseimbangan hidup. Dengan melambatkan aktivitas dan mengurangi jumlah tugas, kita dapat menghindari kelelahan, depresi, dan kecemasan yang seringkali muncul akibat kesibukan yang berlebihan.
Slow living juga memungkinkan individu untuk mengalokasikan lebih banyak waktu luang untuk hal-hal yang benar-benar penting, seperti berkumpul bersama keluarga dan teman-teman, mengejar hobi dan minat pribadi, serta menikmati momen kecil dalam kehidupan sehari-hari. Ini memberikan kita kesempatan untuk benar-benar hidup dan menikmati hidup dengan lebih bermakna.
Mengadopsi Slow Living dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengadopsi gaya hidup slow living tidak berarti kita harus menolak teknologiatau hidup dalam isolasi. Sebaliknya, ini tentang menciptakan keseimbangan antara dunia yang sibuk dan mengambil waktu untuk merenung, menikmati momen, dan fokus pada hal-hal yang penting.
Berikut ini beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengadopsi slow living dalam kehidupan sehari-hari:
- Praktikkan kesadaran diri: Jadilah sadar akan perasaan, pikiran, dan sensasi Anda saat ini. Ambil waktu untuk merenung, bermeditasi, atau melakukan yoga untuk membantu Anda terhubung dengan diri sendiri.
- Prioritaskan aktivitas yang berarti: Identifikasi hal-hal yang benar-benar penting bagi Anda dan berikan prioritas pada aktivitas yang mendukung nilai-nilai tersebut. Kurangi atau eliminasi kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah dalam hidup Anda.
- Nikmati momen sekarang: Alihkan perhatian Anda dari masa lalu yang sudah berlalu atau masa depan yang belum terjadi, dan fokuslah pada momen sekarang. Hargai keindahan dan kebahagiaan yang dapat ditemukan dalam momen-momen sederhana.
- Kurangi kegiatan multitasking: Coba untuk tidak terlalu banyak melakukan multitasking. Fokuslah pada satu tugas pada satu waktu, dan berikan perhatian penuh pada apa yang Anda lakukan. Ini akan membantu Anda menikmati proses dan meningkatkan konsentrasi.
- Buat ruang untuk waktu luang: Jadwalkan waktu untuk bersantai dan menikmati kegiatan yang Anda sukai. Ini bisa berupa membaca buku, berjalan-jalan di alam, menulis, atau melakukan apa pun yang membuat Anda merasa bahagia dan santai.
- Kurangi pengaruh media sosial: Terlalu banyak terpaku pada media sosial dapat mengganggu keseimbangan dan membuat Anda merasa terburu-buru. Tetapkan batasan dan pilihlah waktu untuk menggunakan media sosial yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
- Jaga keseimbangan antara pekerjaan dan waktu pribadi: Tetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi. Hindari membawa pekerjaan ke rumah dan berikan waktu yang cukup untuk istirahat dan pemulihan.
Mengadopsi slow living adalah proses yang berkelanjutan dan akan berbeda untuk setiap individu. Yang penting adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara komitmen dan kebutuhan pribadi, serta menciptakan ruang untuk menikmati hidup dengan lebih bermakna.
Baca Juga :
Mengenal Lebih Dalam Arti Kata “Anxiety”, Istilah Gaul Terkait dengan Kesehatan Mental