Arti Kata “Cabe-cabean” dan Dampak Viralnya di Media Sosial

Belakangan ini, istilah “cabe-cabean” telah mendapatkan perhatian yang signifikan dan menjadi viral di media sosial, terutama berkat TikToker Satria Mahathir.

Satria Mahathir mengungkapkan ketidaksetujuannya memiliki pacar yang menggunakan ponsel Android, dengan membandingkan pengguna Android dengan cabe-cabean yang mengantuk.

Pernyataan ini diungkapkannya dalam sebuah percakapan podcast dengan Denny Sumargo pada tanggal 8 September 2023. Pernyataan dari TikToker ini memicu diskusi yang luas dan menjadi topik hangat di media sosial.

Bahkan, para selebriti Tanah Air membagikan video atau foto ponsel Android yang mereka miliki, memasangkannya dengan pernyataan Satria Mahathir. Namun, apa sebenarnya makna dari istilah “cabe-cabean”?

Definisi dan Konteks Budaya “Cabe-cabean”

Arti Kata "Cabe-cabean" dan Dampak Viralnya di Media Sosial

Sebelum menjadi viral, “cabe-cabean” sebenarnya sudah menjadi istilah populer di media sosial dan dalam percakapan sehari-hari. Istilah ini dianggap sebagai bahasa gaul dan dianggap ofensif oleh sebagian orang. Istilah “cabe-cabean” menambahkan kosakata remaja zaman sekarang, menyusul munculnya istilah “alay” sebelumnya.

“Alay” merujuk pada fenomena perilaku remaja di Indonesia yang menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan. Istilah ini juga merujuk pada gaya yang berlebihan dan selalu berusaha menarik perhatian.

Saat ini, “cabe-cabean” pada awalnya merujuk pada perilaku remaja yang terlibat dalam balapan liar ilegal di jalanan. Pemenang balapan akan berkesempatan untuk berkencan dengan seorang gadis cabe-cabean.

Saat ini, makna “cabe-cabean” telah meluas untuk mencakup perilaku remaja perempuan di tingkat SMP atau SMA yang dianggap ceroboh dan mudah dipengaruhi.

Remaja perempuan ini dapat ditandai dengan berpakaian minim, seperti celana pendek (sering disebut “celana gemes”), naik sepeda motor berboncengan tiga atau empat orang di jalan raya, dan melakukan kegiatan larut malam, terutama pada hari Minggu.

Istilah ini semakin populer di platform media sosial seperti Twitter dan Facebook. Tidak jarang melihat remaja mengolok-olok teman mereka dengan menggunakan istilah “cabe-cabean” melalui BlackBerry Messenger (BBM) atau aplikasi pesan lainnya.

Perspektif Psikologis: Memahami Fenomena Ini

Psikolog Tika Bisono, sebagaimana dilaporkan oleh tempo.co, menjelaskan bahwa fenomena “cabe-cabean” sebenarnya adalah kejadian alami yang dialami oleh para remaja, meskipun dengan hasil yang negatif dalam kasus ini. Tika menganggap fase ini sebagai tahap pengaruh atau terpengaruh oleh lingkungan sekitar mereka.

Dia menyatakan, “Remaja sedang dalam fase di mana mereka diharapkan untuk berubah. Filosofi remaja itu sendiri adalah menjadi individu yang lebih berdaya atas dirinya sendiri.

Wajar jika mereka mencari pilihan tentang seperti apa diri mereka. Fenomena ini menunjukkan bahwa pilihan yang paling dominan saat ini adalah menjadi gadis cabe-cabean.”

Dampak dan Signifikansi Istilah Ini dalam Masyarakat

Status viral “cabe-cabean” di media sosial menggambarkan kekuatan platform online dalam membentuk percakapan dan memengaruhi budaya populer. Istilah ini telah menjadi topik diskusi, analisis, dan bahkan kritik.

Istilah ini mencerminkan dinamika yang terus berubah dalam masyarakat Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Hal ini menyoroti tantangan dan kompleksitas yang dihadapi oleh remaja saat mereka mencari jati diri dan mencari penerimaan dari kelompompok sebaya mereka.

Meskipun “cabe-cabean” memiliki konotasi negatif, istilah ini juga mencerminkan norma dan nilai-nilai sosial. Ini memunculkan pertanyaan tentang pengaruh media, peran teknologi, dan dampak budaya populer terhadap perilaku para pemuda.

Sebagai kesimpulan, istilah “cabe-cabean” telah mendapatkan perhatian yang signifikan dan memicu diskusi karena status viralnya di media sosial, yang dipicu oleh pernyataan TikToker Satria Mahathir.

Istilah ini mencakup perilaku remaja perempuan, mencerminkan dinamika yang terus berubah dalam masyarakat Indonesia, serta tantangan yang dihadapi oleh para pemuda dalam membentuk identitas mereka. Ini juga menjadi pengingat akan kekuatan media sosial dalam membentuk percakapan dan memengaruhi budaya populer.

Baca Juga :

Memahami Makna dan Arti Kata “Katro” yang Sedang Ngetrend, Simbol Ketinggalan Zaman?

Membahas Arti Kata “Closure”, Istilah Gaul yang Sedang Trending di TikTok