Artikel ini akan membahas fenomena “strict parents” dalam bahasa gaul yang tengah viral dan menjadi tren. Istilah ini merujuk kepada orang tua yang memiliki sifat tegas, ketat, dan teliti terhadap anak-anak mereka.
Meskipun ada beberapa aspek positif dalam pola asuh ini, seperti memberikan aturan dan tuntutan yang tinggi, namun kebanyakan strict parents cenderung kurang responsif, tidak mendukung, dan terlalu ketat.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi arti, contoh-contoh kasus, dan ciri-ciri dari strict parents, serta dampak yang mungkin timbul dari pola asuh ini.
Apa itu Strict Parents dalam Bahasa Gaul?
Terkait dengan bahasa gaul, “strict parents” adalah istilah yang terdiri dari dua kata, yaitu “strict” dan “parents”. “Strict” memiliki arti “tegas”, “ketat”, “keras”, “teliti”, “sempurna”, dan “seksama” dalam bahasa Indonesia.
Sementara itu, “parents” adalah istilah yang merujuk kepada “orang tua”. Dengan demikian, “strict parents” dapat diartikan sebagai “orang tua yang kaku” atau merujuk kepada orang tua yang memiliki sifat tegas, ketat, maupun teliti terhadap anak-anak mereka.
Ciri-ciri Strict Parents
Menurut Parenting for Brain, orang tua yang dapat dikategorikan sebagai strict parents memiliki beberapa ciri yang khas. Mereka menempatkan standar dan tuntutan yang tinggi terhadap anak-anaknya.
Mereka cenderung bersifat otoriter, suka mengatur, dan sangat disiplin terhadap kebutuhan anak-anak dan diri mereka sendiri.
Meskipun demikian, ada beberapa poin positif dari pola asuh strict parents, seperti memberi anak kesempatan untuk memiliki pemikiran mandiri dan mengutarakan umpan balik.
Namun, kebanyakan strict parents cenderung tegas, kurang berwibawa, dan sering menunjukkan sikap dingin, tidak responsif, serta tidak mendukung anak-anak mereka. Mereka seringkali bersikap egois dan terlalu ketat hingga sewenang-wenang.
Mereka tidak memberikan kesempatan anak-anak untuk menyuarakan pendapat atau mempertanyakan keputusan orang tua. Berikut beberapa ciri khas dari strict parents:
1. Memiliki banyak aturan ketat dan menuntut
Strict parents cenderung memiliki banyak aturan yang harus diikuti oleh anak-anak mereka. Mereka menuntut kedisiplinan dan penurutan yang ketat terhadap aturan-aturan tersebut.
2. Menuntut anak untuk mematuhi secara membabi buta harapan mereka
Orang tua dengan pola asuh strict parents memiliki harapan yang tinggi terhadap anak-anak mereka. Mereka menuntut anak-anak untuk mematuhi harapan-harapan tersebut tanpa banyak ruang untuk bernegosiasi atau berpendapat.
3. Tidak membiarkan anak mempertanyakan otoritas orang tua
Strict parents cenderung merasa bahwa sebagai orang tua, otoritas dan keputusan mereka tidak boleh dipertanyakan oleh anak-anak mereka. Mereka tidak toleran terhadap pertanyaan atau keraguan yang dilontarkan oleh anak-anak.
4. Menghukum berat anak ketika melanggar aturan
Jika anak melanggar aturan yang ditetapkan, strict parents cenderung memberikan hukuman yang berat sebagai bentuk disiplin. Hukuman tersebut bisa berupa teguran keras, pengurangan hak istimewa, atau bahkan bentuk hukuman fisik.
5. Dingin dan tidak responsif terhadap anak
Strict parents seringkali tidak menunjukkan kehangatan atau empati terhadap anak-anak mereka. Mereka cenderung bersikap dingin dan tidak responsif terhadap kebutuhan emosional anak-anak.
6. Menggunakan kata-kata yang kasar dan memalukan
Dalam upaya untuk menegakkan kedisiplinan, strict parents seringkali menggunakan kata-kata yang kasar atau memalukan sebagai bentuk teguran. Hal ini dapat merendahkan harga diri anak dan berdampak negatif pada perkembangan psikologis mereka.
7. Tidak membiarkan anak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
Strict parents cenderung mengambil keputusan tanpa melibatkan anak-anak dalam proses pengambilan keputusan. Anak-anak tidak diberikan kesempatan untuk berpartisipasi atau memberikan masukan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka.
8. Memiliki harapan tinggi yang tak realistis
Strict parents seringkali memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap prestasi anak-anak mereka. Harapan ini tidak selalu realistis atau sesuai dengan kemampuan dan minat sebenarnya dari anak-anak.
9. Tidak mentolerir kesalahan anak karena merasa paling benar
Strict parents seringkali sulit mentolerir kesalahan yang dilakukan oleh anak-anak. Mereka merasa bahwa mereka selalu benar dan anak-anak harus mengikuti segala apa yang mereka katakan atau lakukan.
Dampak dari Pola Asuh Strict Parents
Meskipun pola asuh strict parents mungkin memiliki tujuan yang baik, seperti mendorong anak-anak untuk mencapai prestasi akademis yang tinggi, namun ada beberapa dampak negatif yang dapat timbul.
Anak-anak yang tumbuh di bawah pengasuhan yang ketat cenderung merasa tidak bahagia dan dapat mengalami tekanan psikologis yang berat, bahkan hingga depresi.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengadopsi pola asuh yang melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dan memperhatikan kebutuhan serta minat mereka. Anak-anak perlu diberikan ruang untuk mengembangkan identitas dan mengeksplorasi potensi mereka.
Strict parents dalam bahasa gaul merujuk kepada orang tua yang memiliki sifat tegas, ketat, dan teliti terhadap anak-anak mereka.
Meskipun ada beberapa poin positif dalam pola asuh ini, seperti memberikan aturan dan tuntutan yang tinggi, namun kebanyakan strict parents cenderung kurang responsif, tidak mendukung, dan terlalu ketat. Hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan anak-anak, baik secara emosional maupun psikologis.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memperhatikan kebutuhan dan minat anak-anak mereka serta memberikan ruang bagi mereka untuk mengembangkan diri dengan bebas.