Apakah Anda pernah mendengar tentang Supermom Syndrome? Terkadang, tanpa disadari, banyak ibu yang mengalami sindrom ini. Mereka merasa terbebani oleh berbagai tuntutan yang ada, mulai dari urusan suami, anak-anak, rumah, pekerjaan, hingga permasalahan kecil sekalipun.
Seolah-olah, seorang ibu diharapkan menjadi sosok yang sempurna dan mampu menyelesaikan semua hal dengan baik. Namun, perlu diingat bahwa di dunia nyata, terutama dalam kehidupan pernikahan, tidak ada yang sempurna.
Obsesi untuk menjadi ibu segala bisa ini pada akhirnya akan menyiksa mental dan fisik ibu itu sendiri. Meskipun banyak hal yang sudah diselesaikan, sikap perfeksionis ini dapat membuat ibu menjadi mudah marah dan merasa kecewa jika ada kesalahan kecil atau tugas yang tidak selesai tepat waktu.
Ibu yang mengalami Supermom Syndrome umumnya enggan menerima bantuan dari anggota keluarga lainnya. Meskipun tubuhnya sudah sangat lelah, mereka akan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.
Sikap temperamental ini disebabkan oleh stres yang tidak tersalurkan. Karena terus menahan dan takut terlihat lemah, hal ini pada akhirnya akan berdampak buruk pada hubungan dengan orang lain.
Penyebab Supermom Syndrome dan Gejala yang Muncul
Menurut Gracia Ivonika, seorang psikolog, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab seorang ibu mengalami sindrom ini. Beberapa faktor tersebut antara lain:
- Kepribadian yang cenderung cemas, perfeksionis, atau negativistik. Seseorang dengan kepribadian seperti ini memiliki keraguan atau ketidakpercayaan terhadap kemampuannya sendiri, sehingga mereka menolak untuk mencoba hal-hal baru.
- Faktor lingkungan yang membuat ibu merasa harus menjadi ibu segala bisa. Misalnya, suami yang sering mengeluh, mertua yang selalu protes, anak-anak yang manja dan rewel, pengaruh media, serta tekanan dari masyarakat terkait citra seorang ibu yang ideal.
Dari penjelasan di atas, tampak beberapa ciri seorang ibu yang mungkin terkena Supermom Syndrome. Berikut ini adalah beberapa tanda bahwa seorang wanita terobsesi menjadi ibu segala bisa:
- Selalu mengatakan “iya” dan “oke” meskipun pekerjaannya sangat berat dan menyiksa dirinya sendiri.
- Mengalami kekhawatiran dan ketakutan berlebihan terhadap segala hal.
- Sulit untuk percaya pada orang lain.
- Selalu memiliki banyak rencana cadangan.
- Tidak pernah memikirkan kebutuhan, kesehatan, dan keselamatan diri sendiri, hanya fokus pada tugas-tugasnya.
- Mudah tersinggung.
- Kecewa jika ada satu hal pun yang tidak sempurna.
Dampak Supermom Syndrome pada Ibu dan Keluarga
Segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Obsesi menjadi seorang supermom tidak hanya berdampak buruk bagi keluarga, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi juga berdampak negatif bagi diri sendiri.
Gracia menjelaskan bahwa tuntutan menjadi supermom dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis seorang ibu. Mereka mungkin terus-menerus merasa tidak sempurna dan bersalah karena ekspektasi yang tidak realistis.
Hal ini juga dapat membuat emosi seorang ibu menjadi tidak stabil karena kurang istirahat dan kurang mengapresiasi diri sendiri. Terlebih jika orang-orang di sekitarnya tidak memberikan penghargaan atau pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.
Akibatnya, ibu mungkin akan menyalurkan emosi negatifnya kepada orang terdekatnya, dan hubungan dengan anak-anak dan suami bisa menjadi renggang.
Bahkan, melakukankegiatan sehari-hari yang biasanya dianggap menyenangkan, seperti bermain dengan anak-anak atau menghabiskan waktu dengan pasangan, juga bisa menjadi beban dan tugas tambahan bagi ibu yang mengalami Supermom Syndrome.
Cara Mengatasi Supermom Syndrome
Untuk mengatasi Supermom Syndrome, penting bagi seorang ibu untuk menyadari bahwa menjadi seorang ibu yang baik tidak berarti harus menjadi sempurna dalam segala hal. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi obsesi menjadi ibu segala bisa:
1. Terimalah diri Anda apa adanya
Sadari bahwa Anda tidak perlu menjadi sempurna dan tidak perlu menyelesaikan semua tugas sendirian. Terimalah bahwa Anda juga memiliki kelemahan dan hak untuk meminta bantuan.
2. Jangan takut untuk meminta bantuan
Jangan merasa bahwa meminta bantuan adalah tanda kelemahan. Melibatkan anggota keluarga lainnya atau mempekerjakan bantuan rumah tangga dapat membantu Anda mengurangi beban dan menyeimbangkan tanggung jawab.
3. Prioritaskan kesehatan dan kesejahteraan Anda sendiri
Ingatlah bahwa untuk menjadi ibu yang baik, Anda perlu merawat diri sendiri terlebih dahulu. Carilah waktu untuk beristirahat, menjaga pola makan yang sehat, berolahraga, dan melakukan kegiatan yang membuat Anda bahagia.
4. Tetap realistis dalam menetapkan harapan
Jangan terjebak dalam ekspektasi yang tidak realistis. Prioritaskan tugas-tugas yang penting dan pelajari untuk mengabaikan hal-hal yang tidak begitu penting.
5. Komunikasikan kebutuhan dan harapan Anda
Jangan takut untuk berkomunikasi dengan pasangan atau anggota keluarga lainnya tentang apa yang Anda butuhkan. Bicarakan tentang pembagian tugas dan dukungan yang Anda perlukan.
6. Cari waktu untuk diri sendiri
Dapatkan waktu untuk melakukan kegiatan yang Anda sukai dan yang dapat meningkatkan kesejahteraan Anda. Ini bisa berupa waktu sendiri untuk bersantai, membaca buku, berjalan-jalan, atau melakukan hobi yang Anda nikmati.
7. Hargai diri sendiri dan pencapaian Anda
Berhenti mengkritik diri sendiri secara berlebihan dan belajarlah menghargai diri sendiri. Fokus pada pencapaian Anda dan berikan penghargaan pada diri sendiri ketika Anda berhasil menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan.
Jika Anda merasa kesulitan mengatasi Supermom Syndrome dan gejalanya terus berlanjut, penting untuk mencari dukungan profesional dari seorang psikolog atau konselor. Mereka dapat membantu Anda mengatasi masalah ini dengan memberikan strategi dan dukungan yang tepat.
Ingatlah bahwa menjadi seorang ibu yang baik tidak berarti harus menanggung semua beban sendirian. Prioritaskan kesehatan dan kesejahteraan Anda, dan ingatlah bahwa Anda juga berhak untuk bahagia dan merasa puas dengan diri sendiri.